Sabtu, 02 November 2013

PERKEMBANGAN TERNAK KAMBING DAN DOMBA DI INDONESIA




Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO




TUGAS AKHIR PIIP
ARTIKEL TENTANG TERNAK KAMBING

OLEH :

NAMA        : JEFRI AGUSTRA
NO. BP       : 1210612022
PARALEL        : 06

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2012

PERKEMBANGAN TERNAK KAMBING DAN DOMBA DI INDONESIA

Oleh : Jefri agustra


Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa itu pula Domba dan kambing yang semula hanya di manfaatkan dagingnya mulai di ambil susu dan wolnya. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Kambing berasal dari hewan liar (capra hircus aegagrus), hidup di daerah yang sangat sulit dan berbau. Diperkirakan pada permulaannya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing itu dipelihara di desa sebagai hewan kesayangan, kemudian dimanfaatkan untuk diambil susu, daging dan kulitnya.
Kambing anggota famili  Bovidae, berkerabat dengan domba, akan tetapi berbeda karena bentuk tanduknya yang tidak sama, yang serupa pada jantan dan betina, karena tidak adanya kelenjar muka dan tungkai.serta janggut. Kambing jantan memiliki kelenjar yang khas di bawah pangkal ekor yang menyebabkan kambing berbau tajam. Kambing liar sering dikenal sebagai bezoar goat, karena hewan ini pada abad pertengahan merupakan sumber 'batu bezoar', yakni obat untuk segala macam penyakit. Hewan ini dijumpai di Turki, kawasan kaukasia, Oman, Iran dan Pakistan, membentang sampai Irak, libanon, dan Turkmenistan. Tidak diketahui dengan jelas, kapan pertama kali kambing dijinakkan atau di mana. Ada pula kemungkinan kambing tidak hanya sekali saja dijinakkan. Adanya kambing piaraan yang bertanduk kotrek di kawasan perbatasan barat Pakistan memberi kesan bahwa sekurang-kurangnya beberapa kambing merupakan keturunan Markhor.

Ada beberapa teori mengenai asal usul dari ternak domba. Namun sebagian besar berkata sama, bahwa ternak domba berasal dari Mouflon. Mouflon ini adalah hewan liar. Ada 2 macam jenis Mouflons. Pertama adalah Mouflon Asiatic, yaitu Mouflons yang hidup di pegunungan asiatic dan selatan Iran. Dan satunya lagi adalah jenis Mouflons Eropa, satu satunya yang hidup di pulau Sardinia dan Corsica, Italia. Banyak hipotesis bahwa Mouflon Eropa adalah keturunan dari Mouflon Asia. Domba ini adalah salah satu hewan piaraan yang pertama. Pada sebuah situs arkeologi di Iran diketemukan patung Domba Wool, ini berarti domba telah dikembang biakkan dan diambil bulunya sejak 6000 tahun yang lalu. Di Mesopotamia dan Babilonia domba telah banyak disebut dalam banyak literatur sejak 3000 SM.

II. Jenis-jenis Kambing

1.Kambing kacang

Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.
Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
Karakteristik:
1.Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
2.telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan.
3.pada umumnya memiliki warna bulu tungga yakni: putih, hitam dan coklat, serta           adakalnya campuran dari ketiganya.
4.kambing jantan maupun betina meiliki tanduk.
5.Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 Kg, serta betina dewasa mencapai 25 Kg.
6.memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat. baca selengkapnya

2.Kambing Etawa

Kambing Etawa didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai kambing "Peranakan Etawa" atau "PE". Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.
baca selengkapnya

3.Kambing Jawarandu

Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari. Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon,  Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan atupun betina merupakan tipe pedaging.
Karakteristik:
a. Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan  dewasa dapat lebih dari 40 Kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 Kg.
b. Baik jantan maupun betina bertanduk.
c.Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
baca selengkapnya

4.Kambing Saanen

Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Berasal dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan jenis kambing terbesar di Swiss. Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Ciri-ciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan putih, kadang2 ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing. Produksi susu 740 kg/ms laktasi. Di Indonesi jenis kambing ini di silangkan lagi denga jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis, misalnya dengan jenis etawa.
baca selengkapnya

5.Kambing Marica

Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang. Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
baca selengkapnya

6.Kambing Samosir

Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun  temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Penelitian terhadap kambing spesifik lokal yang ada di Kabupaten Samosir Sumatera Utara dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfologik tubuh. Pengamatan ini dilakukan secara langsung dilapangan melalui pengukuran morfologik tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Dari hasil yang diperoleh karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 kurang lebih 5,27 kg; panjang badan 57,61 kurang lebih 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 kurang lebih 5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 kurang lebih 5,43 cm; dalam dada 28,67 kurang lebih 4,21 cm dan lebar dada 17,72 kurang lebih 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam. Jenis kambing jantan berwarna putih sangat diperlukan untuk acara ritual dan adat kebudayaan setempat (parmalim). Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak. Kata Kunci: Morfologik Tubuh, Spesifik Lokal Samosir
baca selengkapnya
Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


7.Kambing Muara

Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
baca selengkapnya

8.Kambing Kosta

Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadangkadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk berasal dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut, walaupun data yang pasti untuk populasi Kambing Kosta tidak diketemukan, namun perkiraan populasinya di Provinsi Banten hanya tinggal ratusan ekor saja (500-700 ekor).
baca selengkapnya

9.Kambing Gembrong

Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%.
Asal usul kambing gembrong belum bisa dipastikan. Ada yang menduga kambing tersebut merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong.
Dua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali. Dari persilangan dua kambing itulah kambing gembrong muncul. Kambing itu berkembang hingga beranak pinak. Tetapi, cerita ini juga masih simpang siur. Soal asal usul kambing itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. "Kambing gembrong sangat unik. Kambing ini dulunya banyak hidup di daerah pantai di Kabupaten Karangasem. Nelayan sering memotong bulunya yang panjang lalu diikatkan ke kail untuk menangkap ikan," kata Ketua Yayasan Bali Tekno Hayati yang juga peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali, Suprio Guntoro.
baca selengkapnya

10. Kambing Boer

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% - 50% dari berat tubuhnya. Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 - 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2 - 3 bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut "flagging". Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 - 8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


11.Kambing Boerawa

Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung khususnya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan dibeberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Timbulnya upaya mengembangkan kambing Boerawa di Lampung, sebenarnya didasari oleh makin rendahnya harga kambing-kambing PE milik kelompok-kelompok tani ternak wilayah Gedong Tataan Lampung Selatan. Selama ini kambing PE lebih banyak dijual sebagai kambing bibit dengan konsumen peternak dari luar propinsi seperti Bengkulu, jambi, Sumatera Barat hingga Aceh, namun entah bagaimana 3 tahun terakhir ini permintaan bibit kambing PE dari lokasi-lokasi tersebut makin berkurang dan oleh pemiliknya banyak dijual sebagai kambing potong. Sebagai kambing potong, nilai jualnya dihargai atau dinilai berdasarkan bobot badannya. Hal itu tentunya merugikan peternak dikarenakan postur tubuh kambing PE tidak banyak memiliki daging yang tebal, namun cenderung kurus dan tinggi. Sehingga pendapatan atau harga yang diterima peternak dirasakan tidak sebanding dengan kualitas ternak yang dijual tersebut. Sebagai kambing bibit, harga kambing PE relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebagai kambing potong.
baca selengkapnya

III. Manajemen

Pada umumnya system pemeliharaan kambing dan domba masih dikelolah secara tradisional sehingga penyediaan pakan masih tergantung pada ketersediaan hijauan pakan dari alam sekitar. Hal ini mengakibatkan rendahnya produktipitas peternakan kambing dan domba. Produktifitas peternakan kambing dan domba dapat ditingkatkan apabila diarahkan dari pola peternakan tradisional menuju peternakan pola intensif, melalui pemberian pakan yang berkualitas yaitu pakan yang memiliki nilai nutrient yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi. Keterbatasan sumber pakan yang berkualitas sangat membutuhkan suplementasi nutrisi, utamanya pakan sumber energy dan protein. Yang juga sangat penting dalam peningkatan produksi ternak kambing dan domba adalah kandang tempat pemeliharaan ternak.  Pemeliharaan ternak harus memiliki bangunan kandang yang kuat dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaan, serta kondisi setempat.
1. Kandang harus kuat, terbuat dari bahan yang ekonomis. Konstruksi kandang harus dapat menjamin ternak kambing terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik. Harus memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, dan mudah melakukan desinfeksi kandang. Mempunyai drainase yang baik terutama dalam pembuangan limbah, dapat memenuhi daya tampung, usahakan udara segar masuk ke dalam kandang secara bebas, dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum.
2. Untuk mengetahui kebutuhan luas kandang, maka di bawah ini diberikan patokan luas/ekor berdasarkan jenis dan keadaan kambing tersebut: Jantan Dewasa Umur 12 bulan Luas Kandang 1.2 m2, untuk Betina Dewasa Umur 12 bulan Luas Kandang 1.0 m2, Kambing /domba Muda Umur 7 - 12 bulan Luas Kandang 0.75 m2, Anak Kambing/domba 7 bulan Luas Kandang 0.5 m2, sedangkan Kandang induk yang menyusui + setiap ekor anak kambing/domba Luas Kandang 1.0 + 0.5 m2
3. Jarak antara kandang dan bukan kandang minimal 25 m.
baca selengkapnya

IV. Pakan

Pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan kesehatan ternak karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan ternak. Oleh karena itu, pakan harus tersedia terus. Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun lamtoro dan turi) atau aneka hijauan (daun singkong (protein cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut. Untuk Kado yang bunting, dianjurkan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Untuk Kado yang beru menyusui, komposisinya dalah 50% rumput dan 50% legum. Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.
Tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka perlu dilakukan pengawetan atau penambahan pakan penguat/konsentrat. Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan. Pemberian pakan konsentrat tidak perlu diberikan setiap hari karena harga konsentrat relatif mahal.
Selain pemberian rumput dan konsentrat sebagai pakan utama, masih dibutuhkan pakan pelengkap yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan utama untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak. Sehingga tujuan atau target dari budidaya ternak yaitu memiliki ternak dengan pertumbuhan optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing/Domba, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
a.Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.

b. Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.

c.Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K, Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat dengan dosis : 7,5 cc atau tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.
baca selengkapnya
Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


V. Model Pengembangan Domba dan Kambing 

Rancangan pembangunan dan pengembangan pembibitan doka di Indonesia, sangat bergantung atas pengembangan industri benih (mani dan mudigah) dan bibit doka (bakalan doka pada umur tertentu) yang bersumber dari  dalam negeri.   Hal ini berusaha dicapai melalui visi perbibitan peternakan, yaitu tersedianya berbagai jenis bibit dalam jumlah dan mutu yang memadai serta mudah diperoleh, pelaksanaannya dikejawantahkan dalam dan misi sebagai berikut :
(1) menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup,
(2) mengurangi ketergantungan impor bibit ternak,
(3) melestarikan dan memanfaatkan bangsa ternak setempat, serta
(4) mendorong      pembibitan-pembibitan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Usaha dalam meningkatkan mutu genetik ternak perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan,  kualitas mutu genetik ternak akan sangat terkait dengan produktivitas dalam usaha di bidang peternakan, upaya yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan nilai rata-rata sifat produktif (sifat yang dikehendaki) yang dimiliki oleh sekelompok ternak.  
Strategi pengembangan kelembagaan perbibitan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (2003), adalah berupaya untuk membentuk dan memberdayakan berbagai kelembagaan penunjang produksi bibit ruminansia, antara lain adalah : (1) Secara konsisten memperbaiki kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan ternak ke arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT perbibitan ruminansia dapat menghasilkan bibit ternak yang berkualitas, (2) Mengembangkan kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat peternak sendiri, dengan pola dasar semacam VBC (Village Breeding Center).
baca selengkapnya

VI. Perbaikan Produksi Kambing Dan Domba
Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


Rancangan pembangunan dan pengembangan pembibitan doka di Indonesia, sangat bergantung atas pengembangan industri benih (mani dan mudigah) dan bibit doka (bakalan doka pada umur tertentu) yang bersumber dari dalam negeri. Hal ini berusaha dicapai melalui visi perbibitan peternakan, yaitu tersedianya berbagai jenis bibit dalam jumlah dan mutu yang memadai serta mudah diperoleh, pelaksanaannya dikejawantahkan dalam dan misi sebagai berikut :
1. menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup,
2. mengurangi ketergantungan impor bibit ternak,
3. melestarikan dan memanfaatkan bangsa ternak setempat, serta
4. mendorong pembibitan-pembibitan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Usaha dalam meningkatkan mutu genetik ternak perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, kualitas mutu genetik ternak akan sangat terkait dengan produktivitas dalam usaha di bidang peternakan, upaya yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan nilai rata-rata sifat produktif (sifat yang dikehendaki) yang dimiliki oleh sekelompok ternak.
Strategi pengembangan kelembagaan perbibitan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (2003), adalah berupaya untuk membentuk dan memberdayakan berbagai kelembagaan penunjang produksi bibit ruminansia, antara lain adalah :
1. Secara konsisten memperbaiki kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan ternak ke arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT perbibitan ruminansia dapat menghasilkan bibit ternak yang berkualitas,
2. Mengembangkan kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat peternak sendiri, dengan pola dasar semacam VBC (Village Breeding Center).
Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


VII.  Kendala Peternakan Kambing dan Domba

Sebagaimana pola agribisnis skala rakyat yang menjadi ciri khas di bumi Indonesia tercinta maka terdapat beberapa permasalahan mendasar yang belum terselesaikan. Apabila kita berbicara sektor peternakan domba kambing secara global dan ada kaitannya dengan kesejahteraan peternak rakyat: 
a. Walaupun harga domba kambing pada tiap tahunnya senantiasa mengalami kenaikan namun hasil penelusuran lapangan yang dilakukan di mana pengaruh kenaikan harga terhadap indeks penghasilan peternak rakyat tidak terlampau signifikan. Kondisi ini disebabkan posisi peternak dalam rantai pemasaran domba kambing di Indonesia mayoritas tidaklah memiliki akses langsung kepada pasar, peternak menjual ternaknya kepada pengumpul desa, pengumpul desa menjualnya kepada bandar lokal dan bandar lokal yang membawanya ke pasar hewan. Keberadaan perantara di pasar hewan pun masih banyak lagi hingga pada akhirnya ternak sampai ke tangan konsumen. 

b. Peternak sebagai pekerjaan sampingan selain bertani dengan jalannya usaha tanpa memperhitungkan rugi laba dan proyeksi bisnis keberlanjutan juga menjadi gambaran permasalahan kondisi peternakan domba kambing di Indonesia saat ini. Rumput yang gratis diperoleh dari alam menjadikan peternak skala rakyat di Indonesia tidak pernah berhitung biaya yang harus dikeluarkan per ekor ternaknya, disisi lain beternak sebagai tabungan hidup yang bisa dijual sewaktu-waktu manakala peternak membutuhkan uang menjadikan peluang untuk memperbesar keuntungan bagi setiap pelaku pasar di rantai distribusi yang ada sekarang. 

c. Masa menunggu (Grass Period) bagi seorang peternak untuk mengembangkan produksi domba kambing betinanya/pembibitan dengan jangka waktu BEP usaha 24 hingga 26 bulan menjadikan banyak peternak yang menjual domba kambing betina sebelum masa produktifnya sebagai ternak potong dengan harga murah karena kebutuhan hidup. Berbeda dengan pemeliharaan domba kambing jantan yang memiliki jangka waktu BEP usaha 12 bulan untuk pasar kurban dengan harga eksklusif, peternak lebih senang memelihara domba jantan dan ini bisa berdampak terhambatnya pertumbuhan populasi ternak secara nasional di negeri ini. Disisi lain marjin yang diperoleh sektor hilir yang memanfaatkan produk ternak potong adalah jauh lebih besar dibandingkan peternak. 

d. Kondisinya sudah mulai terasa, pertumbuhan populasi ternak di negeri ini yang rendah bisa berakibat perlunya pasokan daging impor untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, karena mencetak genarasi bangsa yang cerdas tentunya sangat ditentukan pula oleh seberapa baiknya kualitas nutrisi makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. 

e. Pemerintah memang sudah mengeluarkan peraturan yang melarang pemotongan terhadap ternak betina produktif, tantangannya adalah harus ditegakkan dengan benar peraturan tersebut dan perlu langkah bijaksana untuk lebih membenahi sektor peternakan di negeri ini tanpa harus mengesampingkan kesejahteraan peternak dan kepentingan konsumen tentunya (Heriyadi, dkk., 2002). baca selengkapnya



Panduan dan Teknik SEO

 Panduan dan Teknik SEO


VIII. Arti Ternak Kambing dan Domba Bagi Ekonomi Pertanian

Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi, senantiasa didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, hal ini tercermin dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian, sedangkan dalam misi pembangunan peternakan antara lain adalah memfasilitasi penyediakan pangan asal ternak yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan SDM agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan (Departemen Pertanian, 2001). Salah satu komoditas perternakan yang memenuhi kriteria seperti pada visi daan misi di atas antara lain komoditas domba dan kambing.
Perkembangan peternakan rumansia kecil (domba dan kambing) di Indonesia masih kalah dibanding peternakan penghasil daging lain seperti sapid an unggas. Namun demikian berdasarkan kajian menunjukkan bahwa perternakan rumansia kecil dapat diandalkan baik itu menyumbang pendapatan keluarga maupun dalam hal peningkatan sumber pangan hewani.
Sementara itu potensi pendukung dalam hal peningkatan ternak rumansia kecil adalah berupa ketersediaan sumberdaya local berupa hijauan pakan ternak. Namun pengembangan agribisnis ternak domba dan kambing dewasa ini belum terkoordinasi dalam system pembangunan yang padu, sehingga perkembangannya belum seperti apa yang diharapkan dan pembangian manfaat yang ditimbulkan belum seperti yang diharapkan. Dalam hal ini pengusaha hilir (pedagang, pengusaha kulit dan woll) menikmati penghasilan besar sementara para peternak tidak.
baca selengkapnya

6 komentar:

  1. saran bos, seharusnya mencamtumkan sumber literatur / sitasi, agar valid

    BalasHapus
  2. Wahhh jadi nambah ilmu nih mengenai perkembangan ternak kambing dan juga domba, soalnya ada bbrpa nama kambing dan domba yg menurut saya asing, jdi sekali lagi terima kasih mas..

    http://renseo.blogspot.com/2016/05/Ayoo-Majukan-Peternakan-Indonesia-Bersama-ilmuhewan.com.html, http://renseo.blogspot.com/2016/04/belanja-alat-ukur-dan-thermal-camera-hanya-di-dutapersada-co-id.html

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas ilmunya semoga bermanfaat

    BalasHapus
  4. Lucky Creek Casino Site - ChoGameCasino
    Lucky Creek kadangpintar Casino and choegocasino Hotel is the premier spot for a fun and friendly gaming environment! Our casino resort is just minutes from หาเงินออนไลน์ Sacramento! Book direct to save!

    BalasHapus