ARTIKEL TENTANG
TERNAK KAMBING
OLEH :
NAMA : JEFRI AGUSTRA
NO. BP : 1210612022
PARALEL : 06
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ANDALAS
2012
PERKEMBANGAN TERNAK
KAMBING DAN DOMBA DI INDONESIA
Oleh : Jefri agustra
Sistem peternakan
diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing,
kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu
masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa
itu pula Domba dan kambing yang semula hanya di manfaatkan dagingnya mulai di
ambil susu dan wolnya. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi
oleh manusia. Kambing berasal dari hewan liar (capra hircus aegagrus), hidup di
daerah yang sangat sulit dan berbau. Diperkirakan pada permulaannya
pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak
kambing itu dipelihara di desa sebagai hewan kesayangan, kemudian dimanfaatkan
untuk diambil susu, daging dan kulitnya.
Kambing anggota famili
Bovidae, berkerabat dengan domba, akan tetapi berbeda karena bentuk
tanduknya yang tidak sama, yang serupa pada jantan dan betina, karena tidak
adanya kelenjar muka dan tungkai.serta janggut. Kambing jantan memiliki
kelenjar yang khas di bawah pangkal ekor yang menyebabkan kambing berbau tajam.
Kambing liar sering dikenal sebagai bezoar goat, karena hewan ini pada abad
pertengahan merupakan sumber 'batu bezoar', yakni obat untuk segala macam
penyakit. Hewan ini dijumpai di Turki, kawasan kaukasia, Oman, Iran dan
Pakistan, membentang sampai Irak, libanon, dan Turkmenistan. Tidak diketahui
dengan jelas, kapan pertama kali kambing dijinakkan atau di mana. Ada pula
kemungkinan kambing tidak hanya sekali saja dijinakkan. Adanya kambing piaraan
yang bertanduk kotrek di kawasan perbatasan barat Pakistan memberi kesan bahwa
sekurang-kurangnya beberapa kambing merupakan keturunan Markhor.
Ada beberapa teori
mengenai asal usul dari ternak domba. Namun sebagian besar berkata sama, bahwa
ternak domba berasal dari Mouflon. Mouflon ini adalah hewan liar. Ada 2 macam
jenis Mouflons. Pertama adalah Mouflon Asiatic, yaitu Mouflons yang hidup di
pegunungan asiatic dan selatan Iran. Dan satunya lagi adalah jenis Mouflons
Eropa, satu satunya yang hidup di pulau Sardinia dan Corsica, Italia. Banyak
hipotesis bahwa Mouflon Eropa adalah keturunan dari Mouflon Asia. Domba ini
adalah salah satu hewan piaraan yang pertama. Pada sebuah situs arkeologi di
Iran diketemukan patung Domba Wool, ini berarti domba telah dikembang biakkan
dan diambil bulunya sejak 6000 tahun yang lalu. Di Mesopotamia dan Babilonia
domba telah banyak disebut dalam banyak literatur sejak 3000 SM.
II.
Jenis-jenis Kambing
1.Kambing kacang
Kambing
kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia.
Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65
sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa
mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak,
berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk
yang pendek.
Kambing kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat
serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan
betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
Karakteristik:
1.Tubuh kambing
relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
2.telinga pendek dan
tegak lurus mengarah ke atas depan.
3.pada
umumnya memiliki warna bulu tungga yakni: putih, hitam dan coklat, serta adakalnya campuran dari ketiganya.
4.kambing jantan
maupun betina meiliki tanduk.
5.Berat
tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 Kg, serta betina dewasa mencapai 25 Kg.
6.memiliki
bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan
juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor
dan pantat. baca selengkapnya
2.Kambing Etawa
Kambing Etawa
didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya besar, tinggi
gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya
mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan
betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah.
Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing
jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan
silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai
kambing "Peranakan Etawa" atau "PE". Kambing PE berukuran
hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal
Indonesia.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
3.Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu
merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang.
Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip
kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per
hari. Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan.
Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang,
sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan atupun betina merupakan tipe
pedaging.
Karakteristik:
a.
Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing
jantan dewasa dapat lebih dari 40 Kg,
sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 Kg.
b. Baik jantan maupun betina bertanduk.
4.Kambing Saanen
Kambing
Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak
memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan
kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran
sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Berasal
dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan jenis kambing terbesar di
Swiss. Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari.
Ciri-ciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan putih, kadang2
ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing. Produksi susu 740 kg/ms
laktasi. Di Indonesi jenis kambing ini di silangkan lagi denga jenis kambing
lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis, misalnya dengan jenis etawa.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
5.Kambing Marica
Kambing
Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang. Kambing Marica yang
terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing
asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan
hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar
Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di
Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu
beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan
sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim
kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.
Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif
kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta
kelihatan lincah dan agresif.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
6.Kambing Samosir
Berdasarkan
sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun
di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera
Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan
pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh
penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka
secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka
mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri
dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim
kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya
berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan
baik.
Penelitian terhadap
kambing spesifik lokal yang ada di Kabupaten Samosir Sumatera Utara dilakukan
untuk mengetahui karakteristik morfologik tubuh. Pengamatan ini dilakukan
secara langsung dilapangan melalui pengukuran morfologik tubuh. Data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif. Dari hasil yang diperoleh karakteristik
morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 kurang
lebih 5,27 kg; panjang badan 57,61 kurang lebih 5,33 cm; tinggi pundak 50,65
kurang lebih 5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 kurang lebih 5,43 cm; dalam dada
28,67 kurang lebih 4,21 cm dan lebar dada 17,72 kurang lebih 2,13 cm.
Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini
hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang
membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan
putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang
putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran warna
berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih dan
7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam. Jenis kambing jantan berwarna putih sangat
diperlukan untuk acara ritual dan adat kebudayaan setempat (parmalim).
Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal
dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak. Kata Kunci: Morfologik Tubuh,
Spesifik Lokal Samosir
baca selengkapnya
baca selengkapnya
7.Kambing Muara
Kambing
Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi
Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya
kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan,
putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar
dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga
beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat
ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan
tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan
penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh
produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
8.Kambing Kosta
Lokasi penyebaran
kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini
dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadangkadang ada yang
melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk berasal
dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil
pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua
sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%),
coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh
umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna
putih.
Kambing Kosta terdapat
di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula dalam
populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Selama ini masyarakat
hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena
bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit
dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati
secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Salah satu ciri khas
Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan
kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta
yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing
Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan
tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke
bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut, walaupun data yang pasti untuk
populasi Kambing Kosta tidak diketemukan, namun perkiraan populasinya di
Provinsi Banten hanya tinggal ratusan ekor saja (500-700 ekor).
baca selengkapnya
baca selengkapnya
9.Kambing Gembrong
Asal kambing Gembrong
terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem.
Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar
berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan
telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing
Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing
Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%)
dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23%
dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter
size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar
dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%.
Asal usul kambing gembrong belum bisa
dipastikan. Ada yang menduga kambing tersebut merupakan persilangan antara
kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri
fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong.
Dua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar
negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali. Dari persilangan dua
kambing itulah kambing gembrong muncul. Kambing itu berkembang hingga beranak
pinak. Tetapi, cerita ini juga masih simpang siur. Soal asal usul kambing itu
masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. "Kambing gembrong sangat unik.
Kambing ini dulunya banyak hidup di daerah pantai di Kabupaten Karangasem.
Nelayan sering memotong bulunya yang panjang lalu diikatkan ke kail untuk
menangkap ikan," kata Ketua Yayasan Bali Tekno Hayati yang juga peneliti
di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali, Suprio Guntoro.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
10. Kambing
Boer
Kambing Boer berasal
dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih
dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan
satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena
pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45
kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh
antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu
dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah
lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan
mencapai 40% - 50% dari berat tubuhnya. Kambing Boer dapat dikenali dengan
mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek,
berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat
kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki
garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi
dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini
sangat suka berjemur di siang hari.
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi
tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada
dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 - 12 bulan,
tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu
melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak
kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan
lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya
berumur 2ᄑ - 3ᄑ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga
empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai
ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah
melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat
disebut "flagging". Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 -
8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer
betina maupun jantan keduanya bertanduk.
11.Kambing Boerawa
Kambing Boerawa
merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing
Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi
disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah.
Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi
Lampung khususnya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, walaupun upaya
persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan dibeberapa
propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Timbulnya upaya mengembangkan kambing Boerawa
di Lampung, sebenarnya didasari oleh makin rendahnya harga kambing-kambing PE
milik kelompok-kelompok tani ternak wilayah Gedong Tataan Lampung Selatan.
Selama ini kambing PE lebih banyak dijual sebagai kambing bibit dengan konsumen
peternak dari luar propinsi seperti Bengkulu, jambi, Sumatera Barat hingga
Aceh, namun entah bagaimana 3 tahun terakhir ini permintaan bibit kambing PE
dari lokasi-lokasi tersebut makin berkurang dan oleh pemiliknya banyak dijual
sebagai kambing potong. Sebagai kambing potong, nilai jualnya dihargai atau
dinilai berdasarkan bobot badannya. Hal itu tentunya merugikan peternak
dikarenakan postur tubuh kambing PE tidak banyak memiliki daging yang tebal,
namun cenderung kurus dan tinggi. Sehingga pendapatan atau harga yang diterima
peternak dirasakan tidak sebanding dengan kualitas ternak yang dijual tersebut.
Sebagai kambing bibit, harga kambing PE relatif lebih tinggi jika dibandingkan
dengan sebagai kambing potong.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
III. Manajemen
Pada umumnya system
pemeliharaan kambing dan domba masih dikelolah secara tradisional sehingga
penyediaan pakan masih tergantung pada ketersediaan hijauan pakan dari alam
sekitar. Hal ini mengakibatkan rendahnya produktipitas peternakan kambing dan
domba. Produktifitas peternakan kambing dan domba dapat ditingkatkan apabila
diarahkan dari pola peternakan tradisional menuju peternakan pola intensif,
melalui pemberian pakan yang berkualitas yaitu pakan yang memiliki nilai
nutrient yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi. Keterbatasan
sumber pakan yang berkualitas sangat membutuhkan suplementasi nutrisi, utamanya
pakan sumber energy dan protein. Yang juga sangat penting dalam peningkatan
produksi ternak kambing dan domba adalah kandang tempat pemeliharaan ternak.
Pemeliharaan ternak harus memiliki bangunan kandang yang kuat dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaan, serta kondisi setempat.
1. Kandang harus kuat, terbuat dari bahan yang
ekonomis. Konstruksi kandang harus dapat menjamin ternak kambing terhindar dari
kecelakaan dan kerusakan fisik. Harus memenuhi syarat kesehatan, mudah
dibersihkan, dan mudah melakukan desinfeksi kandang. Mempunyai drainase yang
baik terutama dalam pembuangan limbah, dapat memenuhi daya tampung, usahakan
udara segar masuk ke dalam kandang secara bebas, dan dilengkapi dengan tempat
makan dan minum.
2. Untuk
mengetahui kebutuhan luas kandang, maka di bawah ini diberikan patokan
luas/ekor berdasarkan jenis dan keadaan kambing tersebut: Jantan Dewasa Umur 12
bulan Luas Kandang 1.2 m2, untuk Betina Dewasa Umur 12 bulan Luas Kandang 1.0
m2, Kambing /domba Muda Umur 7 - 12 bulan Luas Kandang 0.75 m2, Anak
Kambing/domba 7 bulan Luas Kandang 0.5 m2, sedangkan Kandang induk yang
menyusui + setiap ekor anak kambing/domba Luas Kandang 1.0 + 0.5 m2
IV. Pakan
Pakan sangat penting
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan kesehatan ternak
karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan ternak. Oleh karena itu, pakan harus
tersedia terus. Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti
rumput, legum(daun lamtoro dan turi) atau aneka hijauan (daun singkong (protein
cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan
sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu untuk
menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut. Untuk Kado yang bunting,
dianjurkan komposisi rumput 60% dan legume 40%. Untuk Kado yang beru menyusui,
komposisinya dalah 50% rumput dan 50% legum. Selain pakan hijauan, dapat juga
ditambah dengan pakan padat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas
tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah
dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya.
Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40%
ampas tahu dan 20% ketela pohon.
Tetapi pada saat
ketersediaan hijauan berkurang maka perlu dilakukan pengawetan atau penambahan
pakan penguat/konsentrat. Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan
bersamaan dengan hijauan karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan
nutrisi yang berbeda dengan hijauan. Pemberian pakan konsentrat tidak perlu
diberikan setiap hari karena harga konsentrat relatif mahal.
Selain pemberian
rumput dan konsentrat sebagai pakan utama, masih dibutuhkan pakan pelengkap
yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan utama untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak. Sehingga tujuan atau target
dari budidaya ternak yaitu memiliki ternak dengan pertumbuhan optimal dan sehat
dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan
suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi
asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing/Domba,
yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. VITERNA Plus
mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
a.Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin,
Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh,
pembentuk sel dan organ tubuh.
b. Vitamin
lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal
dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.
c.Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K, Ca,
mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam
sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Cara
penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan
konsentrat dengan dosis : 7,5 cc atau ᄒ
tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada
pemberian air minum atau komboran yang pertama.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
V.
Model Pengembangan Domba dan Kambing
Rancangan pembangunan
dan pengembangan pembibitan doka di Indonesia, sangat bergantung atas
pengembangan industri benih (mani dan mudigah) dan bibit doka (bakalan doka
pada umur tertentu) yang bersumber dari dalam negeri. Hal ini
berusaha dicapai melalui visi perbibitan peternakan, yaitu tersedianya berbagai
jenis bibit dalam jumlah dan mutu yang memadai serta mudah diperoleh,
pelaksanaannya dikejawantahkan dalam dan misi sebagai berikut :
(1) menyediakan bibit yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup,
(2) mengurangi ketergantungan impor bibit
ternak,
(3) melestarikan dan memanfaatkan bangsa
ternak setempat, serta
(4) mendorong pembibitan-pembibitan pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
Usaha dalam meningkatkan
mutu genetik ternak perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan, kualitas mutu genetik ternak akan sangat terkait dengan
produktivitas dalam usaha di bidang peternakan, upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan meningkatkan nilai rata-rata sifat produktif (sifat yang
dikehendaki) yang dimiliki oleh sekelompok ternak.
Strategi pengembangan
kelembagaan perbibitan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (2003),
adalah berupaya untuk membentuk dan memberdayakan berbagai kelembagaan
penunjang produksi bibit ruminansia, antara lain adalah : (1) Secara konsisten
memperbaiki kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan ternak ke arah
komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT perbibitan ruminansia dapat
menghasilkan bibit ternak yang berkualitas, (2) Mengembangkan kelembagaan
penangkar bibit ternak rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat peternak
sendiri, dengan pola dasar semacam VBC (Village Breeding Center).
baca selengkapnya
baca selengkapnya
VI.
Perbaikan Produksi Kambing Dan Domba
Rancangan pembangunan
dan pengembangan pembibitan doka di Indonesia, sangat bergantung atas
pengembangan industri benih (mani dan mudigah) dan bibit doka (bakalan doka
pada umur tertentu) yang bersumber dari dalam negeri. Hal ini berusaha dicapai
melalui visi perbibitan peternakan, yaitu tersedianya berbagai jenis bibit
dalam jumlah dan mutu yang memadai serta mudah diperoleh, pelaksanaannya
dikejawantahkan dalam dan misi sebagai berikut :
1. menyediakan bibit yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup,
2. mengurangi ketergantungan impor bibit
ternak,
3. melestarikan dan memanfaatkan bangsa ternak
setempat, serta
4. mendorong
pembibitan-pembibitan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Usaha dalam
meningkatkan mutu genetik ternak perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan, kualitas mutu genetik ternak akan sangat terkait dengan
produktivitas dalam usaha di bidang peternakan, upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan meningkatkan nilai rata-rata sifat produktif (sifat yang
dikehendaki) yang dimiliki oleh sekelompok ternak.
Strategi pengembangan kelembagaan perbibitan
yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (2003), adalah berupaya untuk
membentuk dan memberdayakan berbagai kelembagaan penunjang produksi bibit
ruminansia, antara lain adalah :
1. Secara
konsisten memperbaiki kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan ternak ke
arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT perbibitan ruminansia dapat
menghasilkan bibit ternak yang berkualitas,
2. Mengembangkan
kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat
peternak sendiri, dengan pola dasar semacam VBC (Village Breeding Center).
VII. Kendala Peternakan Kambing dan Domba
Sebagaimana pola
agribisnis skala rakyat yang menjadi ciri khas di bumi Indonesia tercinta maka
terdapat beberapa permasalahan mendasar yang belum terselesaikan. Apabila kita
berbicara sektor peternakan domba kambing secara global dan ada kaitannya
dengan kesejahteraan peternak rakyat:
a. Walaupun
harga domba kambing pada tiap tahunnya senantiasa mengalami kenaikan namun
hasil penelusuran lapangan yang dilakukan di mana pengaruh kenaikan harga
terhadap indeks penghasilan peternak rakyat tidak terlampau signifikan. Kondisi
ini disebabkan posisi peternak dalam rantai pemasaran domba kambing di
Indonesia mayoritas tidaklah memiliki akses langsung kepada pasar, peternak
menjual ternaknya kepada pengumpul desa, pengumpul desa menjualnya kepada
bandar lokal dan bandar lokal yang membawanya ke pasar hewan. Keberadaan
perantara di pasar hewan pun masih banyak lagi hingga pada akhirnya ternak
sampai ke tangan konsumen.
b. Peternak
sebagai pekerjaan sampingan selain bertani dengan jalannya usaha tanpa
memperhitungkan rugi laba dan proyeksi bisnis keberlanjutan juga menjadi
gambaran permasalahan kondisi peternakan domba kambing di Indonesia saat ini.
Rumput yang gratis diperoleh dari alam menjadikan peternak skala rakyat di
Indonesia tidak pernah berhitung biaya yang harus dikeluarkan per ekor
ternaknya, disisi lain beternak sebagai tabungan hidup yang bisa dijual sewaktu-waktu
manakala peternak membutuhkan uang menjadikan peluang untuk memperbesar
keuntungan bagi setiap pelaku pasar di rantai distribusi yang ada
sekarang.
c. Masa
menunggu (Grass Period) bagi seorang peternak untuk mengembangkan produksi
domba kambing betinanya/pembibitan dengan jangka waktu BEP usaha 24 hingga 26
bulan menjadikan banyak peternak yang menjual domba kambing betina sebelum masa
produktifnya sebagai ternak potong dengan harga murah karena kebutuhan hidup.
Berbeda dengan pemeliharaan domba kambing jantan yang memiliki jangka waktu BEP
usaha 12 bulan untuk pasar kurban dengan harga eksklusif, peternak lebih senang
memelihara domba jantan dan ini bisa berdampak terhambatnya pertumbuhan
populasi ternak secara nasional di negeri ini. Disisi lain marjin yang
diperoleh sektor hilir yang memanfaatkan produk ternak potong adalah jauh lebih
besar dibandingkan peternak.
d. Kondisinya
sudah mulai terasa, pertumbuhan populasi ternak di negeri ini yang rendah bisa
berakibat perlunya pasokan daging impor untuk memenuhi kebutuhan protein hewani
masyarakat, karena mencetak genarasi bangsa yang cerdas tentunya sangat
ditentukan pula oleh seberapa baiknya kualitas nutrisi makanan yang dikonsumsi
oleh masyarakat.
e. Pemerintah
memang sudah mengeluarkan peraturan yang melarang pemotongan terhadap ternak
betina produktif, tantangannya adalah harus ditegakkan dengan benar peraturan
tersebut dan perlu langkah bijaksana untuk lebih membenahi sektor peternakan di
negeri ini tanpa harus mengesampingkan kesejahteraan peternak dan kepentingan
konsumen tentunya (Heriyadi, dkk., 2002). baca selengkapnya
VIII.
Arti Ternak Kambing dan Domba Bagi Ekonomi Pertanian
Pembangunan sektor
pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan, dan terdesentralisasi, senantiasa didorong untuk mewujudkan
perekonomian nasional yang sehat, hal ini tercermin dari visi yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pertanian, sedangkan dalam misi pembangunan
peternakan antara lain adalah memfasilitasi penyediakan pangan asal ternak yang
cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan SDM agar
menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi
untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan
(Departemen Pertanian, 2001). Salah satu komoditas perternakan yang memenuhi
kriteria seperti pada visi daan misi di atas antara lain komoditas domba dan
kambing.
Perkembangan peternakan
rumansia kecil (domba dan kambing) di Indonesia masih kalah dibanding
peternakan penghasil daging lain seperti sapid an unggas. Namun demikian
berdasarkan kajian menunjukkan bahwa perternakan rumansia kecil dapat
diandalkan baik itu menyumbang pendapatan keluarga maupun dalam hal peningkatan
sumber pangan hewani.
Sementara itu potensi
pendukung dalam hal peningkatan ternak rumansia kecil adalah berupa
ketersediaan sumberdaya local berupa hijauan pakan ternak. Namun pengembangan
agribisnis ternak domba dan kambing dewasa ini belum terkoordinasi dalam system
pembangunan yang padu, sehingga perkembangannya belum seperti apa yang
diharapkan dan pembangian manfaat yang ditimbulkan belum seperti yang
diharapkan. Dalam hal ini pengusaha hilir (pedagang, pengusaha kulit dan woll)
menikmati penghasilan besar sementara para peternak tidak.
baca selengkapnya
baca selengkapnya
saran bos, seharusnya mencamtumkan sumber literatur / sitasi, agar valid
BalasHapusterima kasih atas saranya...
BalasHapusWahhh jadi nambah ilmu nih mengenai perkembangan ternak kambing dan juga domba, soalnya ada bbrpa nama kambing dan domba yg menurut saya asing, jdi sekali lagi terima kasih mas..
BalasHapushttp://renseo.blogspot.com/2016/05/Ayoo-Majukan-Peternakan-Indonesia-Bersama-ilmuhewan.com.html, http://renseo.blogspot.com/2016/04/belanja-alat-ukur-dan-thermal-camera-hanya-di-dutapersada-co-id.html
waw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian online,
BalasHapuskunjungi balik cara ternak Kambing dan domba
Terimakasih atas ilmunya semoga bermanfaat
BalasHapusLucky Creek Casino Site - ChoGameCasino
BalasHapusLucky Creek kadangpintar Casino and choegocasino Hotel is the premier spot for a fun and friendly gaming environment! Our casino resort is just minutes from หาเงินออนไลน์ Sacramento! Book direct to save!